Resensi Novel Kenanga

Seorang lelaki yang dicintai oleh tiga perempuan beda umur beda generasi satu keturunan. Sebuah kisah cinta yang rumit dan sulit ditebak.
Itulah kesan saya setelah selesai membaca novel berjudul “Kenanga” milik Oka Rusmini ini. Novel bertema romantisme ini terasa begitu pelik. Dengan tokoh – tokoh wanita sebagai pusat cerita. Penuh intrik dan konflik yang tidak terduga. Bahkan hingga endingnya pun membikin saya bergumam “Kok bisa ya?….”
Cerita diawali dengan Kencana yang menginginkan Bhuana untuk menikah dengannya. Dengan berbagai cara ia tempuh demi mendapatkan Bhuana – lelaki yang sangat dicintainya. Namun Bhuana sendiri tidak menaruh hati kepada Kencana, justru sebaliknya. Bhuana lebih mencintai Kenanga sang kakak. Cinta segitiga ini akhirnya mendatangkan malapetaka bagi mereka berdua. Sebagai keturunan Kasta Brahmana, yakni kasta tertinggi dalam adat Bali, membuat Bhuana dan Kenanga menyimpan aib besar ini. Menutupnya rapat – rapat selama hidup mereka.
Hingga hadirlah sosok Intan dalam keluarga Kenanga. Seorang anak kecil yang sangat dicintai oleh Bhuana dan Kenanga. Namun rasa cinta itu disalah artikan oleh Intan. Anak kecil yang sangat cantik dari Kasta Sudra itu diam – diam menaruh hati kepada sosok dewasa bernama Bhuana yang lebih pantas dipanggilnya sebagai ayah.
Waktu berjalan. Intan tumbuh dewasa menjadi seorang gadis SMA. Kecantikannya memancarkan aura seorang wanita dari Kasta Brahmana. Meskipun ia berasal dari Kasta Sudra, aura wanita Kasta Brahmana terpancar jelas di wajahnya. Kenanga, yang sudah dianggapnya sebagai ibunya makin sayang kepada Intan. Demikian pula Bhuana. Rasa cinta mereka berdua membuat jarak antara Kasta Sudra dan Kasta Brahmana menjadi hilang.
Kecantikan yang dimiliki Intan berhasil membuat sosok lelaki dari Kasta Brahmana yang bernama Mahendra menaruh hati kepadanya. Seorang Mahendra – lelaki lajang berkepala tiga yang berpikiran dewasa dan kurang setuju dengan adat yang dijunjung tinggi keluarganya, menginginkan Intan menjadi istrinya. Usia Mahendra yang terpaut jauh dengan usia Intan menimbulkan konflik didalam keluarga Mahendra. Hubungan mereka terhambat oleh kedudukan mereka. Seorang Brahmana tidak diperkenankan menikahi seorang Sudra. Hal itu merupakan pantangan dalam tradisi masyarakat Bali. Meskipun Intan mengetahui bahwa Mahendra mencintainya, namun diam – diam Intan menaruh cinta kepada Bhuana. Lelaki yang sejak kecil merawatnya itu kini memiliki tempat spesial di hati Intan. Benih – benih cinta yang sejak kecil tumbuh di hati Intan, kini makin bersemi ketika ia telah dewasa. Benih – benih cinta terlarang yang tumbuh subur akibat rahasia yang dipendam oleh Bhuana dan Kenanga.
Novel ini sangat unik. Novel yang ditulis pada tahun 2003 dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali ini layak dibaca. Sentuhan budaya Bali dan rumitnya aturan adat dalam masyarakat Bali begitu kental didalamnya. Penggunaan istilah – istilah dalam adat Bali yang bertebaran didalam novel ini membuat cerita yang disajikan makin menarik untuk diikuti.
Akankah Intan membalas cinta Mahendra? Akankah Intan mengungkapkan rasa cintanya kepada Bhuana? Sosok lelaki dewasa yang pantas dipanggilnya ayah? Akankah rahasia diantara Bhuana dan Kenanga terungkap? Dapatkan jawabannya didalam novel ini.
Selamat membaca dan selamat berimajinasi dalam tradisi masyarakat Bali.
Salam….
Judul novel : Kenanga.
Terbit : Tahun 2003.
Tebal : 294 halaman.