Resensi Novel “Kronik Burung Pegas” Jilid III

Kronik Burung Pegas Jilid III : Sang Perangkap Burung
Pada jilid II Novel “Kronik Burung Pegas” diceritakan beberapa peristiwa aneh menimpa Toru Okada. Munculnya sebuah tompel di pipi kanannya. Berubahnya penampilan Kreta Kano hingga ajakan Kreta Kano untuk pergi Ke Pulau Kreta di Yunani.
Keanehan demi keanehan tersebut sepertinya berlanjut di novel jilid III ini, yang sekaligus sebagai jilid penutup dari seri Novel Kronik Burung Pegas milik Haruki Murakami. Sebagai konflik pembuka pada jilid III ini diceritakan bahwa kehidupan Toru Okada mulai hampa dan sepi. Rumah kosong tempat ia biasa bertemu dengan Mei Kasahara-yang kemudian terkenal dengan sebutan “Rumah Gantung Leher”- sudah rata dengan tanah. Tidak ada bangunan, tidak ada patung burung pegas juga tidak ada Mei Kasahara lagi. Ia sudah pergi untuk melanjutkan sekolahnya. Suatu ketika Toru Okada menemukan sebuah artikel tentang “Rumah Gantung Leher” itu, karena artikel itulah ia memutuskan untuk pergi ke sebuah agen properti yang mengetahui sejarah dibalik kejadian demi kejadian yang menewaskan seluruh penghuninya. Selain ingin memiliki tanah kosong itu, ada suatu hal yang ia ingin selidiki disana.
Didorong oleh keinginannya itulah, Toru Okada memutuskan untuk membeli tanah itu. namun ia tidak punya uang. Suatu ketika saat ia sedang duduk didepan stasiun Shinjuku, ia bertemu seorang wanita. Diantara mereka berdua akhirnya terjadi sebuah kesepakatan. Mereka berdua melakukan sesuatu yang sangat ganjil dan tidak bisa dinalar dengan akal. Dan sebagai imbalannya, Toru Okada menerima sebuah amplop berisi uang yang cukup banyak.
Setelah pertemuan itu, tiba-tiba kucing Toru Okada pulang kerumah secara aneh dan ganjil. Kucing yang selama ini ia cari, kini pulang tanpa cacat sedikitpun. Apakah kemudian cerita selesai? Tentu tidak. Haruki Murakami menggiring kita kedalam konflik baru yang lebih menantang dan menguras pikiran kita.
Kisah kemudian berlanjut dengan berkunjungnya seorang laki-laki bernama Ushikawa kerumah Toru Okada. Ia menawarkan sebuah kesepakatan kepadanya. Sebuah kesepakatan yang akan mengantarnya bertemu dengan Kumiko. Istri Toru Okada yang menghilang hampir setahun lamanya tanpa pamit dan tanpa sebab yang jelas. Kesepakatan diantara mereka berdua akhirnya membawa Toru Okada bertemu dengan Kumiko meski hanya lewat percakapan di komputer. Dari percakapan itu terungkap semuanya. Mengapa Kumiko pergi, mengapa ia berselingkuh, dimana dirinya sekarang, bagaimana keadaannya sekarang termasuk mengapa ia berusaha mencari kucingnya yang hilang. Hingga di akhir cerita, tompel kebiruan di pipi kanan Toru Okada akhirnya menghilang secara ganjil seperti awal kemunculannya yang ganjil pula. Kita mungkin bertanya, mengapa bisa menghilang? Bagaimana caranya tompel itu menghilang? Dan anehnya, kejadian menghilangnya tompel Toru Okada diikuti dengan kejadian penyerangan Noboru Wataya. Penyerangan di bagian otak yang membuat kakak iparnya tidak sadarkan diri.
Membaca novel Kronik Burung Pegas mulai dari jilid I hingga jilid III membuat saya sedikit kebingungan. Terutama saat membaca jilid I. Saya masih menebak alur dan masalah yang diangkat dalam novel ini. Apa hubungan antara kucing dan burung pegas? Jawabannya ternyata ada pada jilid III. Semuanya diceritakan dengan cara yang ganjil namun masih bisa diterima oleh akal. Jika anda pernah membaca Novel 1Q84 Jilid I, II dan III, saya jamin anda akan menyukai Novel Kronik Burung Pegas ini. Karena secara tema cerita hampir mirip. Yakni sebuah kehidupan di dunia yang ganjil. Akhirnya, selamat menikmati Novel Kronik Burung Pegas dan bersiap-siaplah masuk kedalam dunia paralel ciptaan Haruki Murakami.

Salam…

Judul buku : Kronik Burung Pegas.
Terbit : Tahun 2019.
Tebal : 925 halaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *